Senin, 12 Januari 2015

Analisis Film “The Ron Clark Story"


            Film “The Ron Clark Story” ini merupakan film yang sungguh luar biasa. Film ini berdasarkan kisah nyata dari Mr. Clark yang merupakan seorang guru yang patut diacungi jempol. Ia begitu gigih dan cerdas dalam mendidik anak didiknya. Film ini bermula ketika Mr. Clark mendapatkan penghargaan di sekolah ia mengajar karena berkat didikannya,  kelas tersebut mendapat nilai tertinggi selama 4 tahun berturut-turut. Namun di sinilah awal dari perjalanan kisah sang guru tersebut.
            Mr. Clark merasa ia sudah cukup mengajar di sekolah ia yang lama. Ia menginginkan suatu tantangan dalam mengajar, ia ingin mengambil resiko untuk pindah dan mengajar di sekolah di kota besar yaitu New York. Berulangkali ia mencari lowongan mengajar di sekolah-sekolah di sana. Namun, ia ditolak. Sampai pada akhirnya ia tiba di sekolah Inner Harlem Elementary School, ia beruntung karena salah seorang guru memutuskan untuk berhenti karena sudah tidak sanggup mengajar di kelas yang dicap sebagai kelas “nakal”. Akhirnya, Mr. Clark diterima walau sang kepala sekolah masih meragukan kemampuannya tersebut.
            Sebagai seorang pendidik haruslah senantiasa melakukan persiapan dalam mengajar. Dalam film, sebelum ia mulai mengajar di sekolah tersebut. ia terlebih dahulu mengobservasi anak didiknya satu persau sebagai bentuk persiapan ia dalam mengajar kelak. Hal ini memperlihatkan betapa Mr. Clark memberikan kita contoh bahwa seorang guru yang baik haruslah respek dan peduli terhadap anak didiknya. Seorang guru haruslah mengetahui latar belakang keluarga, budaya, kepribadian dari semua anak didiknya. Di dalam cuplikan film, Mr. Clark mencontohkan suatu metode untuk mengenal anak didiknya secara mendalam yaitu home visit home. Metode yang dilakukan oleh Mr. Clark sungguh sangat mengagumkan dimana sebelum ia mengajar di kelas, tersebih dahulu ia mencari tahu latar belakang semua anak didiknya dengan mengunjungi rumah mereka satu persatu. Sungguh sangat luar biasa mengingat selama ini sulit menemukan seorang guru yang secara terbuka mau bekerja sama dengan keluarga anak didiknya. Disini memperlihatkan bahwa tugas seorang guru tidak hanya terkait pada materi apa yang harus di ajarkan namun juga mementingkan peran anak didik tersebut dalam proses belajar mengajar. Dari sini terlihat jelas, kepribadian, latarbelakang keluarga dan budaya dapat diketahui dari kunjungan sang guru ke masing-masing rumah anak didiknya secara langsung. Dari kegiatan tersebut diharapkan bahwa nantinya pendidik dapat melakukan persiapan dalam belajar agar pembelajaran berlangsung optimal. Dengan hal ini pendidik dapat mengetahui kira-kira metode apa yang akan ia pakai untuk si A dan pendekatan apa untuk si B karena yang kita tahu bahwa setiap anak mempunyai karakterisitik, kepribadian, dan kemampuan yang berbeda. Dan yang paling utama, guru bisa mengetahui menganai masalah apa saja yang dapat mengganggu proses anak didiknya dalam belajar. Sehingga ia akan tahu metode apa yang dapat ia lakukan untuk memecahkannya agar anak didiknya dapat belajar dengan normal dan optimal. Dari kunjungannya tersebut terlihat beberapa perkembangan dari anak didiknya tersebut. perkembangan yang ia lihat tidak terlepas dari konteks sosial perkembangan dari masing masing anak. Jika menilik dari konteks yang memepengaruhinya adalah keluagra yang berperan penting dalam mendorong anak melewati masa perkembangannya. Gaya pengasuhan yang peserta didik dapatkan selama ia berada di dalam lingkungan keluarga sangat mempengaruhi proses ia dalam belajar disekolah. Selain gaya pengasuhan, orang tua yang bekerja juga dapat mempengaruhi proses pembelajaran dari peserta didik, orang tua yang bekerja atau keluara cerai merupakan salah satu contoh konteks yang bisa mempengaruhi akademis anak.
Dari kunjungan tersebut Mr. Clark juga mengetahui latar belakang dari anak didiknya tersebut. Julio, merupakan anak dari ras kulit hitam dengan ibu yang terlihat seperti wanita penggoda. Saat kunjungan terlihat Julio secara sembunyi sedang mencuri dari dalam tas ibunya. Hal ini tentu saja merupakan bentuk dari perilaku yang buruk. Badriyah, anak yang berasal dari India yang berbudaya timur dimana pria yang mendominasi dalam berbicara. Ia yang cerdas dan pandai berbicara malah di kekang untuk diam karena hanya pria yang boleh berbicara. Hal ini memperlihakan bagaimana pengararuh budaya dalam gender. Beberapa budaya memperlihatkan bahwa perempuan lebih patuh dan konfomitas. Artinya, disini perempuan hanya bisa berada di balik bayang-bayang pria tanpa bisa merasakan melakukan hal hal yang diinginkannya. Selain itu di perlihatkan seorang anak bernama Shameika, ia merupakan anak yang cerdas namun harus mengasuh ketiga adiknya sekaligus yang masih  kecil-kecil setiap hari sehigga kehilangan waktu belajar. Ini juga dipengaruhi dari status sosial ekonomi dari keluarganya, tekanan ekonomi terkadang mengurangi keyakinan anak-anak dan remaja dalam mencappai prestasi.
Dari kunjungan tersebut terdapat pula terlihat karakteristik kepribadan dari masing-masing individu dan potensi yang mereka miliki. Ada anak yang pemalu, pemberontak, emosional, dll. Kepribadian yang berbeda juga akan berdapampak pada respon mereka dalam menanggapi pelajaran yang disampaikan. Untuk itu, kunjungan sangat berguna untuk mengetahui informasi-informasi tersebut.
            Selanjutnya di perlihatkan betapa kacaunya keadaan kelas yang akan diajarkan oleh Mr. Clark , siswa yang tidak mau memperhatikan guru, membantah, mengumpat, dan semua hal hal negatif lainya. Namun, Mr. Clark tidak pantang menyerah dan mencoba mencari metode untuk menertibkan siswa di kelasnya. Disini Mr. Clark mencoba mencari metode untuk mengelola kelasnya dengan baik. Dimana cara mengelola kelas yang baik itu ada beberapa cara yaitu, melakukan perancangan lngkungan fisik kelas, mencipatakan lingkungan fisik yang positif untuk belajar, melakukan komunikasi efektif dengan siswa, dan menangani perilaku bermasalah. Pertama,  Mr. Clark mencoba mengubah lingkungan fisik kelas dengan cara mengubah tata ruang yang ada dalam kelas tersebut. kedua,  ia menciptakan lingkungan positif dengan melakukan metode mengajar dengan cara authoritative yaitu dengan cara menciptakan peraturan-peraturan di dalam kelas , mengajarkan siswa untuk menaati peraturan dan belajar bekerja sama. Ini dalam dilihat saat Mr. Clark memberikan beberapa role kepada siswannya seperi rule 1#We are a Family, rule 2 #we are respect each other . disini dapat dilihat bahwa Mr. Clark mencoba menciptakan peraturan yang dapat mengajarkan siswa nya untuk menciptakan suasana kekeluargaan dan tolong menolong. Hal ini tentu sangat berguna dalam kelas yang mempunyai beragam budaya atau multikultural dimana terkadang banyak siswa yang minoritas terkadang dikucilkan bahkan di-bully. Dari peraturan tersebut diharapkan siswa bisa memahami perbedaan kultur antar sesama siswa. Selain itu, peraturan tersebut juga mengajarkan anak untuk bekerja sama dimana mereka tidak boleh makan siang jika tidak berbaris rapi dan mengantri saat keluar kelas, jika seseorang melanggar yang akan menerima hukuman adalah seluruh siswa tersebut. hal ini mengajarkan siswa untuk bisa memahami dan mengerti untuk bertanggung jawab satu sama lain sebagai keluarga dan apabila tertimpa masalah akan di tanggung bersama-sama. Ketiga, ia membangun komunikasi efektif dengan siswa terlihat dari cara ia menyampaikan materi dengan ekspresi, gerak tubuh dan intonasi suara yang ia lakukan untuk menarik perhatian siswa dalam memperhatikan materi yang diajarkan. Keempat, ia mencoba menangani perilaku bermasalah dengan beberapa cara sesuai dengan bentuk perilaku tersebut. dari intervensi minor yaitu dengan komunikasi non verbal contohnya memutar telunjuk agar julio mau memutar untuk menghadap dirinya dll. Kemudian dari perilaku yang berat, seperti perkelahian pelajar ia langsung meminta bantuan kepada kepala sekolah yang merupakan pihak yang bisa menjadi penengah. Pengelolaan kelas yang dilakukan ini bertujuan agar memaksimalkan kesempatan belajar anak (lebih banyak menyerap materi dan lebih sedikit waktu untuk melakukan perilaku yang tidak relevan dengan tujuan).

            Selain itu, Mr. Clark juga menerapkan metode uniknya sendiri agar menarik minat siswa-siswa untuk memperhatikan dirinya, ia melakukan permainan-permainan dengan meminum sus setiap 30 detik sekali selama pelajaran berlangsung. Dan ini terbukti efektif untuk menarik minat siswa dalam memperhatikannya. Mr. Clark juga menerapkan model interaksi antara siswa dan pendidik dengan model social concerning, dimana Mr. Clark berusaha melakukan interaksi dengan siswa-siswanya bahkan rela bermain lompat tali untuk mendekatkan diri kepada siswanya, ia juga peduli kepada siswa khususnya Tayshwan yang notabene nya adalah anak yang sering bermasalah dan berkelahi dengan teman sekelasnya. Ia juga sering memuji siswa siswa nya seperti ketika ia memuji permainan lompat tali Shameka.
Di tengah-tengah perjuangan, Mr. Clark sempat ingin mundur dan berhenti mengajar namun ia akhinya kembali lagi ke sekolah tersebut. Ketika kepala sekolah meragukan bahwa kelas tersebut akan lulus ujian nasional yang merupakan tes terstandarisasi, Mr. Clark yakin bahwa anak didiknya akan lulus seperti yang diharapkannya. Ia menegaskan bahwa prestasi siwa itu tergantung dari ekpektasi apa yang dilakukan oleh guru tersebut. Menurut Wiegfield dkk (2006), Ekspektasi Guru, ketika guru mempertahankan ekspektasi umum yang tinggi bagi prestasi siswa dan siswa merasakan ekspektasi ini, siswa akan lebih  berprestasi, mengalami rasa memiliki harga diri dan kompetensi yang lebih besar sebagai pelajar, serta menolak dalam perilaku bermasalah baik selama masa kanak-kanak sampai remaja. Hal ini juga yang ditekankan oleh Mr. Clarck bahwa selama guru berekpektasi tinggi terhadap siswa siswanya, makan motivasi mereka akan prestasi juga akan tinggi. Sehingga penting bagi guru untuk memotivasi siswanya agar berfikiran positif terhadap dirinya sendiri. Selain ekspektasi dari guru tersebut, ada juga metode pengajaran juga dapat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Contohnya pemanfaatan teknologi, pembelajaran yang variatif, dsb. Guru diharuskan memiliki kreatifitasan agar dapat menunjang pembelajaran yang efektif, metode yang unik dan out of the box, membuat siswa lebih bersemangat dan menghidari situasi yang monoton atau membosankan. Kelihaian Mr. Clark dalam memodifikasi sistem hapalan menjadi suatu lagu rapping membuat siswa lebih cepat dalam menghapal pelajaran. Ini sangat bagus dijadikan contoh agar pendidik dapat membuat suasana belajar yang kreatif dan menarik.
Semua siswa mempunyai kecerdasannya masing-masing sesuai dengan teori mutiple intelegensi Gardner. Kecerdasan dibagi menjadi 8 kecerdasan yang masing masing anak pasti mempunyai salah satunya. Hal ini juga yang menjadi landasan dalam Mr. Clark menilai siswa-siswa. Ia mengerti bahwa ada beberapa siswa yang mungkin sangat cerdas namun kesulitan dalam mendalami pelajaran tertentu, oleh karena itu dia secara suka rela membantu anak-anak yang memiliki hambatan dalam pelajaran tertentu untuk mendapatkan pelajaran tambahan darinya, ia mengerti bahwa ada beberapa anak yang mempunyai kecerdasan yang luar biasa namun mempunyai hambatan-hambatan tertentu untuk bisa mengasah potensi yang ia miliki, salah satunya Shameka. Shameka merupakan anak yang cerdas dan cepat belajar, namun selama ini ia selalu disibukkan dengan mengasuh ketiga adiknya yang masih kecil selama ibunya bekerja, oleh karena itu ia tidak mempunyai waktu senggang walau hanya sekedar untuk mengerjakan PR. Berdasarkan hal tersebut, Mr. Clark mencoba mencari jalan keluar agar Shameka bisa fokus dengan belajar saja. Ia berusaha meyakinkan ibu Shameka bahwa ada potensi besar di dalam diri anaknya sehingga akhirnya ibu Shameka memberikan peluang kepada Shameka. Ada juga Tayshwan, anak yang gemar berkelahi tersebut sebenarnya adalah anak yang berhati lembut dan sensitif. Ia sering memberontak karena sering mendapat perlakuan kasar dari ayah tirinya namun dibalik itu semua Tayshwan memiliki bakat dalam bidang seni khusunya melukis.
Mr. Clark sangat peduli dengan anak didiknya, dengan segala aktifitas yang ia lakukan hanya untuk dedikasi dalam mengajar siswanya. Ia berusaha melakukan terbaik dari berbagai aspek agar bisa memberikan yang terbaik untuk anak didiknya. Namun ia melupakan dirinya sendiri sehingga ia sampai menderita radang paru-paru dan sempat dilarikan kerumah sakit. Namun semangat ia mengajar tak cukup hanya sampai disitu. Dalam keadaan yang lemah, ia masih sempat mekeram materi selama 4 jam sehari agar siswa nya tetap bisa belajar dan tidak ketinggalan dalam pelajaran untuk menhadapi ujian nasional.
Ujian Nasional merupakan momok yang sangat menakutkan bagi seluruh siswa karena tes standarisasi adalah penentuan bagi siswa untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Para siswa Mr. Clark juga mengalami ketakutan tersebut, mereka yang merupakan kelas yang paling rendah nilainya selama ini pesimis untuk dapat lulus dalam ujian nasional. Namun, peran Mr. Clark sebagai pengajar ialah mempersiapkan siswanya memahami semua materi pelajaran dan senantiasa memotivasi siswanya bahwa mereka mampu melewati tes standarisasi tersebut. terbukti dari semua usaha yang dilakukan Mr. Clark membuahkan hasil yang sangat positif yaitu terpilihnya kelas tersebut menjadi kelas yang mempunyai nilai tertinggi dari kelas terhormat. Selain itu, Shameka yang awalnya merupakan siswa yang paling menentang guru mendapatkan nilai sempurna dalam bahasa inggris dan matematika.
Dan yang menarik adalah pada saat pembagian nilai, Mr. Clark lebih menekankan penilaian dan penghargaan pada satu bidang yang sangat dikuasi oleh siswanya. Jadi, semua siswa mendapatkan penghargaan dan piala menurut prestasi dan mata pelajaran yang sangat ia kuasai. Hal ini tentu sangat positif karena dapat meminimalisir kecemburuan sosial pada sistem peringkat kelas. Dari sistem pemberian prestasi berdasarkan bidang yang mereka kuasai, siswa dapat lebih menghargai potensi yang ada dan dapat mengenali apa yang menjadi potens yang ia miliki sehingga dapat memudahkan siswa dapat mengarahkan minat yang akan dikasainya kelak. Selain itu, pemberian prestasi berdasarkan bidang tertentu dapat membuat siswa saling menghargai kecerdasan masing-masing dan diharapkan bisa saling bekerja sama antara satu dengan yang lainnya.
Terlepas dari itu semua, film ini mengajarkan bahwa menjadi guru bukan hanya menjadi pengajar yang baik, namun menjadi pendidik yang baik. Guru Ahli adalah guru yang tidak hanya punya pengetahuan isi subjek atau pengetahuan isi pedagosis saja, tapi perlu mempunyai kedual hal tersebut agar dapat melakukan proses belajar mengajar yang efektif, kreatif, dan tentunya bermanfaat bagi siswa maupun guru tersebut.


3 komentar:

  1. ada gak rekomendasi film yang menggunakan teorinya Ivan Pavlov selain the king speech??

    BalasHapus
  2. How to Bet the New Gambling Casino - DrmCD
    The Borgata 진주 출장안마 Hotel Casino & Spa is a luxury resort, 용인 출장마사지 casino and hotel located in Atlantic City, New Jersey. 제주 출장마사지 It has two full 경산 출장안마 floors of luxury 아산 출장안마 suites,

    BalasHapus