Film “The Ron Clark Story” ini
merupakan film yang sungguh luar biasa. Film ini berdasarkan kisah nyata dari
Mr. Clark yang merupakan seorang guru yang patut diacungi jempol. Ia begitu
gigih dan cerdas dalam mendidik anak didiknya. Film ini bermula ketika Mr.
Clark mendapatkan penghargaan di sekolah ia mengajar karena berkat didikannya, kelas tersebut mendapat nilai tertinggi selama
4 tahun berturut-turut. Namun di sinilah awal dari perjalanan kisah sang guru
tersebut.
Mr. Clark merasa ia sudah cukup mengajar
di sekolah ia yang lama. Ia menginginkan suatu tantangan dalam mengajar, ia ingin
mengambil resiko untuk pindah dan mengajar di sekolah di kota besar yaitu New
York. Berulangkali ia mencari lowongan mengajar di sekolah-sekolah di sana.
Namun, ia ditolak. Sampai pada akhirnya ia tiba di sekolah Inner Harlem
Elementary School, ia beruntung karena salah seorang guru memutuskan untuk
berhenti karena sudah tidak sanggup mengajar di kelas yang dicap sebagai kelas
“nakal”. Akhirnya, Mr. Clark diterima walau sang kepala sekolah masih meragukan
kemampuannya tersebut.
Sebagai seorang pendidik haruslah
senantiasa melakukan persiapan dalam mengajar. Dalam film, sebelum ia mulai mengajar
di sekolah tersebut. ia terlebih dahulu mengobservasi anak didiknya satu persau
sebagai bentuk persiapan ia dalam mengajar kelak. Hal ini memperlihatkan betapa
Mr. Clark memberikan kita contoh bahwa seorang guru yang baik haruslah respek
dan peduli terhadap anak didiknya. Seorang guru haruslah mengetahui latar
belakang keluarga, budaya, kepribadian dari semua anak didiknya. Di dalam
cuplikan film, Mr. Clark mencontohkan suatu metode untuk mengenal anak didiknya
secara mendalam yaitu home visit home. Metode
yang dilakukan oleh Mr. Clark sungguh sangat mengagumkan dimana sebelum ia
mengajar di kelas, tersebih dahulu ia mencari tahu latar belakang semua anak
didiknya dengan mengunjungi rumah mereka satu persatu. Sungguh sangat luar
biasa mengingat selama ini sulit menemukan seorang guru yang secara terbuka mau
bekerja sama dengan keluarga anak didiknya. Disini memperlihatkan bahwa tugas
seorang guru tidak hanya terkait pada materi apa yang harus di ajarkan namun
juga mementingkan peran anak didik tersebut dalam proses belajar mengajar. Dari
sini terlihat jelas, kepribadian, latarbelakang keluarga dan budaya dapat
diketahui dari kunjungan sang guru ke masing-masing rumah anak didiknya secara
langsung. Dari kegiatan tersebut diharapkan bahwa nantinya pendidik dapat
melakukan persiapan dalam belajar agar pembelajaran berlangsung optimal. Dengan
hal ini pendidik dapat mengetahui kira-kira metode apa yang akan ia pakai untuk
si A dan pendekatan apa untuk si B karena yang kita tahu bahwa setiap anak
mempunyai karakterisitik, kepribadian, dan kemampuan yang berbeda. Dan yang
paling utama, guru bisa mengetahui menganai masalah apa saja yang dapat
mengganggu proses anak didiknya dalam belajar. Sehingga ia akan tahu metode apa
yang dapat ia lakukan untuk memecahkannya agar anak didiknya dapat belajar
dengan normal dan optimal. Dari kunjungannya tersebut terlihat beberapa perkembangan
dari anak didiknya tersebut. perkembangan yang ia lihat tidak terlepas dari
konteks sosial perkembangan dari masing masing anak. Jika menilik dari konteks
yang memepengaruhinya adalah keluagra yang berperan penting dalam mendorong
anak melewati masa perkembangannya. Gaya pengasuhan yang peserta didik dapatkan
selama ia berada di dalam lingkungan keluarga sangat mempengaruhi proses ia dalam
belajar disekolah. Selain gaya pengasuhan, orang tua yang bekerja juga dapat
mempengaruhi proses pembelajaran dari peserta didik, orang tua yang bekerja
atau keluara cerai merupakan salah satu contoh konteks yang bisa mempengaruhi
akademis anak.
Dari
kunjungan tersebut Mr. Clark juga mengetahui latar belakang dari anak didiknya
tersebut. Julio, merupakan anak dari ras kulit hitam dengan ibu yang terlihat
seperti wanita penggoda. Saat kunjungan terlihat Julio secara sembunyi sedang
mencuri dari dalam tas ibunya. Hal ini tentu saja merupakan bentuk dari
perilaku yang buruk. Badriyah, anak yang berasal dari India yang berbudaya
timur dimana pria yang mendominasi dalam berbicara. Ia yang cerdas dan pandai
berbicara malah di kekang untuk diam karena hanya pria yang boleh berbicara.
Hal ini memperlihakan bagaimana pengararuh budaya dalam gender. Beberapa budaya
memperlihatkan bahwa perempuan lebih patuh dan konfomitas. Artinya, disini
perempuan hanya bisa berada di balik bayang-bayang pria tanpa bisa merasakan
melakukan hal hal yang diinginkannya. Selain itu di perlihatkan seorang anak
bernama Shameika, ia merupakan anak yang cerdas namun harus mengasuh ketiga
adiknya sekaligus yang masih kecil-kecil
setiap hari sehigga kehilangan waktu belajar. Ini juga dipengaruhi dari status
sosial ekonomi dari keluarganya, tekanan ekonomi terkadang mengurangi keyakinan
anak-anak dan remaja dalam mencappai prestasi.
Dari
kunjungan tersebut terdapat pula terlihat karakteristik kepribadan dari
masing-masing individu dan potensi yang mereka miliki. Ada anak yang pemalu,
pemberontak, emosional, dll. Kepribadian yang berbeda juga akan berdapampak
pada respon mereka dalam menanggapi pelajaran yang disampaikan. Untuk itu, kunjungan
sangat berguna untuk mengetahui informasi-informasi tersebut.
Selanjutnya
di perlihatkan betapa kacaunya keadaan kelas yang akan diajarkan oleh Mr. Clark
, siswa yang tidak mau memperhatikan guru, membantah, mengumpat, dan semua hal
hal negatif lainya. Namun, Mr. Clark tidak pantang menyerah dan mencoba mencari
metode untuk menertibkan siswa di kelasnya. Disini Mr. Clark mencoba mencari
metode untuk mengelola kelasnya dengan baik. Dimana cara mengelola kelas yang
baik itu ada beberapa cara yaitu, melakukan perancangan lngkungan fisik kelas,
mencipatakan lingkungan fisik yang positif untuk belajar, melakukan komunikasi
efektif dengan siswa, dan menangani perilaku bermasalah. Pertama, Mr. Clark mencoba mengubah lingkungan fisik kelas
dengan cara mengubah tata ruang yang ada dalam kelas tersebut. kedua, ia menciptakan lingkungan positif dengan melakukan
metode mengajar dengan cara authoritative yaitu dengan cara menciptakan
peraturan-peraturan di dalam kelas , mengajarkan siswa untuk menaati peraturan
dan belajar bekerja sama. Ini dalam dilihat saat Mr. Clark memberikan beberapa
role kepada siswannya seperi rule 1#We are a Family, rule 2 #we are respect
each other . disini dapat dilihat bahwa Mr. Clark mencoba menciptakan peraturan
yang dapat mengajarkan siswa nya untuk menciptakan suasana kekeluargaan dan
tolong menolong. Hal ini tentu sangat berguna dalam kelas yang mempunyai beragam
budaya atau multikultural dimana terkadang banyak siswa yang minoritas
terkadang dikucilkan bahkan di-bully. Dari peraturan tersebut diharapkan siswa
bisa memahami perbedaan kultur antar sesama siswa. Selain itu, peraturan
tersebut juga mengajarkan anak untuk bekerja sama dimana mereka tidak boleh
makan siang jika tidak berbaris rapi dan mengantri saat keluar kelas, jika
seseorang melanggar yang akan menerima hukuman adalah seluruh siswa tersebut.
hal ini mengajarkan siswa untuk bisa memahami dan mengerti untuk bertanggung
jawab satu sama lain sebagai keluarga dan apabila tertimpa masalah akan di
tanggung bersama-sama. Ketiga, ia membangun komunikasi efektif dengan siswa
terlihat dari cara ia menyampaikan materi dengan ekspresi, gerak tubuh dan
intonasi suara yang ia lakukan untuk menarik perhatian siswa dalam
memperhatikan materi yang diajarkan. Keempat, ia mencoba menangani perilaku
bermasalah dengan beberapa cara sesuai dengan bentuk perilaku tersebut. dari
intervensi minor yaitu dengan komunikasi non verbal contohnya memutar telunjuk
agar julio mau memutar untuk menghadap dirinya dll. Kemudian dari perilaku yang
berat, seperti perkelahian pelajar ia langsung meminta bantuan kepada kepala
sekolah yang merupakan pihak yang bisa menjadi penengah. Pengelolaan kelas yang
dilakukan ini bertujuan agar memaksimalkan kesempatan belajar
anak (lebih banyak menyerap materi dan lebih sedikit waktu untuk melakukan
perilaku yang tidak relevan dengan tujuan).
Selain itu, Mr. Clark juga
menerapkan metode uniknya sendiri agar menarik minat siswa-siswa untuk
memperhatikan dirinya, ia melakukan permainan-permainan dengan meminum sus
setiap 30 detik sekali selama pelajaran berlangsung. Dan ini terbukti efektif
untuk menarik minat siswa dalam memperhatikannya. Mr. Clark juga menerapkan
model interaksi antara siswa dan pendidik dengan model social concerning,
dimana Mr. Clark berusaha melakukan interaksi dengan siswa-siswanya bahkan rela
bermain lompat tali untuk mendekatkan diri kepada siswanya, ia juga peduli
kepada siswa khususnya Tayshwan yang notabene nya adalah anak yang sering
bermasalah dan berkelahi dengan teman sekelasnya. Ia juga sering memuji siswa
siswa nya seperti ketika ia memuji permainan lompat tali Shameka.
Di
tengah-tengah perjuangan, Mr. Clark sempat ingin mundur dan berhenti mengajar
namun ia akhinya kembali lagi ke sekolah tersebut. Ketika kepala sekolah
meragukan bahwa kelas tersebut akan lulus ujian nasional yang merupakan tes
terstandarisasi, Mr. Clark yakin bahwa anak didiknya akan lulus seperti yang
diharapkannya. Ia menegaskan bahwa prestasi siwa itu tergantung dari ekpektasi
apa yang dilakukan oleh guru tersebut. Menurut Wiegfield dkk (2006), Ekspektasi
Guru, ketika guru mempertahankan ekspektasi umum yang tinggi bagi prestasi
siswa dan siswa merasakan ekspektasi ini, siswa akan lebih berprestasi, mengalami rasa memiliki harga
diri dan kompetensi yang lebih besar sebagai pelajar, serta menolak dalam perilaku
bermasalah baik selama masa kanak-kanak sampai remaja. Hal ini juga yang
ditekankan oleh Mr. Clarck bahwa selama guru berekpektasi tinggi terhadap siswa
siswanya, makan motivasi mereka akan prestasi juga akan tinggi. Sehingga
penting bagi guru untuk memotivasi siswanya agar berfikiran positif terhadap
dirinya sendiri. Selain ekspektasi dari guru tersebut, ada juga metode
pengajaran juga dapat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Contohnya
pemanfaatan teknologi, pembelajaran yang variatif, dsb. Guru diharuskan
memiliki kreatifitasan agar dapat menunjang pembelajaran yang efektif, metode yang
unik dan out of the box, membuat
siswa lebih bersemangat dan menghidari situasi yang monoton atau membosankan.
Kelihaian Mr. Clark dalam memodifikasi sistem hapalan menjadi suatu lagu rapping membuat siswa lebih cepat dalam
menghapal pelajaran. Ini sangat bagus dijadikan contoh agar pendidik dapat
membuat suasana belajar yang kreatif dan menarik.
Semua
siswa mempunyai kecerdasannya masing-masing sesuai dengan teori mutiple
intelegensi Gardner. Kecerdasan dibagi menjadi 8 kecerdasan yang masing masing
anak pasti mempunyai salah satunya. Hal ini juga yang menjadi landasan dalam
Mr. Clark menilai siswa-siswa. Ia mengerti bahwa ada beberapa siswa yang
mungkin sangat cerdas namun kesulitan dalam mendalami pelajaran tertentu, oleh
karena itu dia secara suka rela membantu anak-anak yang memiliki hambatan dalam
pelajaran tertentu untuk mendapatkan pelajaran tambahan darinya, ia mengerti
bahwa ada beberapa anak yang mempunyai kecerdasan yang luar biasa namun
mempunyai hambatan-hambatan tertentu untuk bisa mengasah potensi yang ia
miliki, salah satunya Shameka. Shameka merupakan anak yang cerdas dan cepat
belajar, namun selama ini ia selalu disibukkan dengan mengasuh ketiga adiknya
yang masih kecil selama ibunya bekerja, oleh karena itu ia tidak mempunyai
waktu senggang walau hanya sekedar untuk mengerjakan PR. Berdasarkan hal
tersebut, Mr. Clark mencoba mencari jalan keluar agar Shameka bisa fokus dengan
belajar saja. Ia berusaha meyakinkan ibu Shameka bahwa ada potensi besar di
dalam diri anaknya sehingga akhirnya ibu Shameka memberikan peluang kepada
Shameka. Ada juga Tayshwan, anak yang gemar berkelahi tersebut sebenarnya
adalah anak yang berhati lembut dan sensitif. Ia sering memberontak karena sering
mendapat perlakuan kasar dari ayah tirinya namun dibalik itu semua Tayshwan
memiliki bakat dalam bidang seni khusunya melukis.
Mr.
Clark sangat peduli dengan anak didiknya, dengan segala aktifitas yang ia
lakukan hanya untuk dedikasi dalam mengajar siswanya. Ia berusaha melakukan
terbaik dari berbagai aspek agar bisa memberikan yang terbaik untuk anak
didiknya. Namun ia melupakan dirinya sendiri sehingga ia sampai menderita
radang paru-paru dan sempat dilarikan kerumah sakit. Namun semangat ia mengajar
tak cukup hanya sampai disitu. Dalam keadaan yang lemah, ia masih sempat
mekeram materi selama 4 jam sehari agar siswa nya tetap bisa belajar dan tidak
ketinggalan dalam pelajaran untuk menhadapi ujian nasional.
Ujian
Nasional merupakan momok yang sangat menakutkan bagi seluruh siswa karena tes
standarisasi adalah penentuan bagi siswa untuk melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi. Para siswa Mr. Clark juga mengalami ketakutan tersebut, mereka
yang merupakan kelas yang paling rendah nilainya selama ini pesimis untuk dapat
lulus dalam ujian nasional. Namun, peran Mr. Clark sebagai pengajar ialah
mempersiapkan siswanya memahami semua materi pelajaran dan senantiasa
memotivasi siswanya bahwa mereka mampu melewati tes standarisasi tersebut.
terbukti dari semua usaha yang dilakukan Mr. Clark membuahkan hasil yang sangat
positif yaitu terpilihnya kelas tersebut menjadi kelas yang mempunyai nilai
tertinggi dari kelas terhormat. Selain itu, Shameka yang awalnya merupakan
siswa yang paling menentang guru mendapatkan nilai sempurna dalam bahasa
inggris dan matematika.
Dan
yang menarik adalah pada saat pembagian nilai, Mr. Clark lebih menekankan
penilaian dan penghargaan pada satu bidang yang sangat dikuasi oleh siswanya.
Jadi, semua siswa mendapatkan penghargaan dan piala menurut prestasi dan mata
pelajaran yang sangat ia kuasai. Hal ini tentu sangat positif karena dapat
meminimalisir kecemburuan sosial pada sistem peringkat kelas. Dari sistem
pemberian prestasi berdasarkan bidang yang mereka kuasai, siswa dapat lebih
menghargai potensi yang ada dan dapat mengenali apa yang menjadi potens yang ia
miliki sehingga dapat memudahkan siswa dapat mengarahkan minat yang akan
dikasainya kelak. Selain itu, pemberian prestasi berdasarkan bidang tertentu
dapat membuat siswa saling menghargai kecerdasan masing-masing dan diharapkan
bisa saling bekerja sama antara satu dengan yang lainnya.
Terlepas
dari itu semua, film ini mengajarkan bahwa menjadi guru bukan hanya menjadi
pengajar yang baik, namun menjadi pendidik yang baik. Guru Ahli adalah guru
yang tidak hanya punya pengetahuan isi subjek atau pengetahuan isi pedagosis
saja, tapi perlu mempunyai kedual hal tersebut agar dapat melakukan proses
belajar mengajar yang efektif, kreatif, dan tentunya bermanfaat bagi siswa
maupun guru tersebut.
ada gak rekomendasi film yang menggunakan teorinya Ivan Pavlov selain the king speech??
BalasHapusHow to Bet the New Gambling Casino - DrmCD
BalasHapusThe Borgata 진주 출장안마 Hotel Casino & Spa is a luxury resort, 용인 출장마사지 casino and hotel located in Atlantic City, New Jersey. 제주 출장마사지 It has two full 경산 출장안마 floors of luxury 아산 출장안마 suites,
mq307 fake designer bags ja480
BalasHapus